Ini salah satu yang khas di Indonesia, setidaknya saya
tidak pernah menemukan atau nonton di TV luar negeri, anak-anak dibawah umur
mengemis di setiap stopan jalan. Keluarga miskin yang tidak diurus oleh negara
sebagaimana diamanatkan UUD 1945, memanfaatkan anak-anaknya mengemis. Dinas
sosial tidak kelihatan geraknya. Anjal stopan nampaknya adalah khas Indonesia.
Kesulitan bertahan hidup membuat mereka kemana saja bergerak untuk bisa makan
dan banyak dari mereka yang menjadikannya profesi.
Berjualan dimana saja selagi ada tempat. Bahaya? Nomor tujuh!! Gak ada aturan kok. Selama pemerintah membiarkan dan tidak menyediakan sarananya berarti boleh, ya gak? gitu aja repot
Di Indonesia, budaya antri adalah sangat mahal, karena
mahal dan jarang ditemukan ketertiban berantri, jadinya ya khas Indonesia.
Antri baru hanya ada di lembaga-lembaga modern seperti bank, kantor-kantor
pemerintah dan swasta, kampus dll. Tapi berapa persen itu? Itu hanya
pemandangan kecil di wilayah perkotaan, sedangkan kota-kota hanyalah
titik-titik di negara besar Indonesia. Umumnya, di masyarakat terutama di
pedesaan dan wilayah rurban (desa-kota) masih susah dengan budaya antri. Dan
ada yang menarik, kalau pun masyarakat kita antri, biasanya badannya
berdekatan, sampai kena dan bersentuhan. Ini sesuatu yang tidak ada di negara
maju. Apalagi bila sudah ngantri kebutuhan pokok. Kesadaran rendah, penduduk yg
terlalu banyak dan lahan yang sempit semua menyatu menjadi adonan sering susah
untuk di atasi. Kalau Anda, tidak merasakan hni khas Indonesia, coba sekali2,
jangan diam di kantor mewah dan modern saja, di tempat-tempat yang nyaman saja,
sekali2 ke daerah, ke terminal, ke tempat2 berjubel menyatu dengan masyrakat
kecil agar merasakan aslinya indonesia.